SOLUSIO PLASENTA
Pengertian
Berikut ini adalah beberapa pengertian solusio plasenta yang
perlu di ketahui, antara lain:
a. Solusio
plasenta adalah terlepasnya plaseta dari tempat implantasinya yang normal dari
uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan
usia kehamilan (masa gestasi) di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500
gram. proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam
desidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter (Saefuddin AB, 2006).
b. Solusio
plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada fundus
uteri/korpus uteri sebelum janin lahir (VB VOGI, 1991).
c. Solusio
plasenta adalah lepasnya plasenta dari insersi sebelum waktunya (mansjoer dkk,
2001)
d. Solusio
plasneta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta, pada lokalisasi
yang normal, sebelum janin lahir pada umur kehamilan 22 minggu atau lebih. Atau
solusio plasenta merupakan terlepasnya plasenta pada fundus/korpus uteri
sebelum janin lahir (DJ. Tarigan).
e. Solusio
plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat implantasinya pada korpus uteri
sebelum bayi lahir. Dapat terjadi pada setiap saat dalam kehamilan. Terlepasnya
plasenta dapat sebagian (parsialis) atau seluruhnya (totalis), atau hanya
ruptur pada tepinya (ruptur sinus marginalis) (dr. Handaya, dkk)
f. Solusio
plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable, dimana plasenta yang
tempat implantasinya normal (pada fudus atau korpus uteri) terkelupas atan
terlepas sebelum kala III (Achadiat, 2004). Sinonim dari solusio plasenta
adalah Abrupsio plasenta.
g. Solusio
plasenta atau abrupsio plasenta adalah pelepasan sebagian atau keseluruhan
plasenta dari uterus selama kehamilan dan persalinan (Chavman V, 2003).
Etiologi/faktor
predisposisi
Penyebab belum diketahui dengan pasti. Namun, beberapa
peneliti menyebutkan sebab-sebab solusio plasenta, antara lain:
a. Adanya
trauma langsung terhadap uterus hamil, seperti:
1) Terjatuh,
terutama tertelungku.
2) Tendangan
anak yang sedang digendong.
3) Trauma
langsung lainnya.
b. Trauma
kebidanan, yaitu solusio plasenta terjadi karena tindakan kebidanan yang
dilakukan, seperti:
1) Setelah
versi luar.
2) Setelah
memecahkan ketuban.
3) Persalinan
anak kedua hamil kembar.
c. Sementara
itu, pasien yang mengalami resiko tinggi atau memiliki faktor predisposisi
terjadinya solusio plasenta adalah;
1) Ibu
yang hamil dengan tali pusat bayi pendek.
2) Hipertensi
dalam kehamilan (pre-eklamsia, eklamsia).
3) Multiparitas.
4) Hamil
pada usia tua/primitua.
5) Merokok
(pada wanita perokok, kemungkinan terjadinya solusio plasenta 47%).
6) Tekanan
vena kava inferior yang tinggi.
7) Kekurangan
gizi dan kekurangan asam folat.
Patofisiologi.
Proses terjadinya solusio plasenta dipicu oleh terjadinya
perdarahan ke dalam desidua basalis, yang kemudian terbelah dan meninggalkan
lapisan tipis yang melekat pada miometrium sehingga terbentuk hematoma desidual
yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya penghancuran plasenta yang
berdekatan dengan bagian tersebut. Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua
menyebabkan hematoma retroplasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh
darah, hingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta. Karena
uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi
optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir
keluar dapat melepaskan selaput ketuban (Mansjoer dkk, 2001).
Proses solusio plasenta yang dimulai dengan terjadinya
perdarahan dalam desidua basalis menyebabkan hematoma retroplasenta. Hematoma
dapat semakin membesar ke arah pinggir plasenta sehingga jika amniokhorion
sampai terlepas, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri (disebut perdarahan
keluar), sebaliknya apabila amniokhorion tidak terlepas, perdarahan tertampung
dalam uterus (disebut perdarahan tersembunyi).
Perdarahan Keluar
|
Perdarahan Tersembunyi
|
1. Keadaan
umum pasien relatif lebih baik.
2. Plasenta
terlepas sebagian atau inkomplit.
3. Jarang
berhubungan dengan hipertensi
|
1. Keadaan
pasien lebih jelek.
2. Plasenta
terlepas luas, uterus tegang/keras.
3. Sering
berkaitan dengan hipertensi.
|
Terlepasnya plasentasebelum waktunya, menyebabkan timbunan
darah antara plasenta dan dinding uterus yang menimbulkan gangguan penyulit
terhadap ibu maupun janin.
Penyulit terhadap Ibu
|
Penyulit terhadap Janin
|
1. Berkurangnya
darah dalam sirkulasi darah umum.
2. Terjadinya
penurunan tekanan darah/TD, peningkatan nadi dan pernafasan.
3. Ibu
tampak anemis.
4. Dapat
timbul gangguan pembekuan darah, karena terjadi pembekuan intravaskuler
diikuti hemolisis darah sehingga fibrinogen makin berkurang dan memudahkan
terjadinya perdarahan (Hipofibrinogenemia).
5. Dapat
timbul perdarahan pascapartum setelah persalinan karena atonia uteri atau
gangguan pembekuan darah.
6. Dapat
timbul gangguan fungsi ginjal dan terjadi emboli yang menimbulkan komplikasi
sekunder.
7. Timbunan
darah yang meningkat di belakang plasenta dapat menyebabkan uterus menjadi
keras, padat dan kaku.
|
1. Tergantung
pada luasnya plasenta yang lepas dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai
kematian dalam uterus.
|
Klasifikasi
Solusio plasenta diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Solusio
Plasenta Ringan
1) Perdarahan
kurang dari 100-200 cc.
2) Uterus
tidak tegang.
3) Tidak
ada renjatan/syok.
4) Janin
hindu (bunyi jantung janin teratur).
5) Uji
beku darah baik, kadar fibrinogen plasma >250 mg%.
6) Pelepasan
plasenta <1/6 bagian permukaan.
b. Solusio
Plasenta Sedang.
1) Perdarahan
> 200 cc disertai dengan rasa sakit.
2) Uterus
tegang.
3) Gawat
janin/gerak janin berkurang atau janin telah mati.
4) Palpasi
bagian janin sulit diraba.
5) Auskultasi
jantung janin dapat terjadi asfiksiaringan dan sedang.
6) Ada
tanda presyok/ pra-renjatan.
7) Uji
beku darah masih ada pembekuan, kadar fibrinogen darah 120-150 mg%.
8) Pelepasan
plasenta ¼ sampai 2/3 bagian permukaan.
9) Pada
pemeriksaan dalam, ketuban menonjol.
c. Solusio
Plasenta Berat.
1) Perdarahan
banyak sekali pervaginam yang disertai rasa nyeri atau perdarahan hebat
terselubung atau tersembunyi.
2) Uterus
sangat tegang dan berkontraksi tetanik, sakit pada perabaan.
3) Terdapat
tanda renjatan/syok dengan TD menurun, Nadi dan pernafasan meningkat.
4) Biasanya
janin telah meninggal di uterus.
5) Uji
beku darah tidak ada pembekuan, kadar fibrinogen < 100 mg%.
6) Pelepasan
plasenta 2/3 bagian permukaan atau telah terlepas semuanya.
Gejala Klinis
a. Ibu/
pasien datang dengan mengeluh nyeri abdomen atau sakit perut bagian atas dan
mules dengan terus-menerus, karena uterus berkontraksi dan tegang.
b. Terjadi
peradangan pervaginam yang berwarna kehitaman (darah kehitaman menunjukan bahwa
perdarahan sudah terjadi dalam kurun waktu yang lama).
c. Kadang-kadang
darah yang keluar tidak sesuai dengan keadaan umum, seperti tidak tampak
perdarahan, karena darah tidak keluar melalui ostium tetapi menumpuk di
retroplasenta perlu hati-hati. Selain itu, jika perdarahan yang tampak bukan
merupakan gambaran sesungguhnya jumlah perdarahan yang terjadi.
d. Pada
palpasi, uterus tegang dan bagian janin sukar teraba dari luar.
e. Keadaan
umum ibu pucat, sesak nafas, anemia, kadang-kadang sampai syok.
f. Dapat
disertai gawat janin sampai kematian janin.
Diagnosis
Diagnosi solusio plasenta dapat di tegakan melalui:
a. Anamnesa
Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, riwayat
perdarahan pervaginam berwarna kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa
rasa nyeri sampai dengan disertai nyeri perut, perdarahan yang banyak (riwayat
perdarahan pervaginam/tidak menggambarkan beratnya solusio plasenta, perlu
hati-hati, mungkin juga tidak ada perdarahan), uterus tegang, syok dan kematian
janin intrauterine.
b. Pemeriksaan
Fisik.
Tanda-tanda vital dapat normal sampai syok (keadaan umum ibu
tidak sesuai dengan jumlah perdarahan, ibu tampak anemis, TD menurun, nadi dan
pernafasan meningkat).
c. Pemeriksaan
Palpasi Abdomen.
1) Abdomen/uterus
tegang terus menerus.
2) Terasa
nyeri tekan pada uterus saat dipalpasi.
3) Bagian
janin sukar ditentukan.
d. Pemeriksaan
Dengan Auskultasi.
1) Denyut
jantung janin bradikardia atau menghilang.
2) Denyut
jantung janin bervariasi dari asfiksia ringan sampai berat.
e. Pemeriksaan
Dalam.
1) Terdapat
pembukaan.
2) Ketuban
tegang dan menonjol.
Pemeriksaan Penunjang.
a. Ultrasonografi
(USG) untuk menilai letak plasenta, usia kehamilan dan keadaan janin (pada
solusio plasenta, dijumpai perdarahan antara plasenta dan dinding abdomen).
b. Kardiotokografi
(KTG) untuk menilai kesejahteraan janin.
c. Pemeriksaan
laboratorium: HB, Ht, trombosit, waktu protombin-pembekuan, kadar bfibrinogen,
elektrolit plasma.
Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta tergantung pada luasnya plasenta
yang terlepas dan lamanya solusio plasenta berlangsung.
a. Komplikasi
pada Ibi, yaitu:
1) Perdarahan,
yang dapat menimbulkan:
a) Penurunan
TD sampai syok.
b) Perdarahan
yang tidak sesuai dengan keadaan ibu yang anemis dan syok.
c) Perubahan
kesadaran dari baik sampai koma.
2) Gangguan
pembekuan darah, yang dapat menimbulkan:
Masuknya trombloplastin ke dalam sirkulasi darah yang
menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan disertai hemolisis. Koagoluputi
konsumtif, yaitu terjadinya penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat
mengganggu pembekuan darah (kadar fibrinogen < 150 mg% dari produk degradasi
fibrin meningkat).
3) Oligura,
yang dapat menimbulkan:
Terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat menimbulkan
produksi urin makin berkurang, yang pada akhirnya menyebabkan gagal ginjal.
4) Perdarahan
pascapartum, dimana:
Solusio plasenta dapat menimbulkan infiltrasi darah ke otot
rahim, mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri.
Kegagalan pembekuan darah makin memperberat perdarahan.
b. Komplikasi
pada janin, yaitu:
Asfiksia ringan sampai berat, berat badan lahir rendah,
infeksi, sindrom gagal nafas dan kematian dalam rahim dapat timbul karena
perdarahan yang tertimbun di belakang plasenta mengganggu sirkulasi dan nutrisi
ke arah janin.
Diagnosis Banding Solusio
Plasenta dan Plasenta Previa.
Solusio Plasenta
|
Plasenta Previa
|
|
Kejadian
Anamnesa
Keadaan umum
Palpasi Abdomen
Denyut Jantung Janin
Pemeriksaan dalam
|
- Hamil
tua
- Inpartu
- Mendadak
- Terdapat
trauma
- Perdarahan
dengan nyeri.
- Tidak
sesuai dengan perdarahan.
- Anemis
- TD,
nadi dan pernafasan tidak sesuai dengan perdarahan
- Dapat
disertai dengan pre-eklampsia/eklampsia.
- Tegang,
nyeri.
- Bagian
janin sulit diraba.
- Asfiksia
sampai kematian janin, tergantung lepasnya plasenta.
- Teraba
ketuban tegang menonjol.
|
- Hamil
tua
- Perlahan,
tanpa disadari
- Tanpa
trauma
- Perdarahan
dengan nyeri.
- Sesuai
dengan perdarahan yang tampak.
- Tidak
ada
- Lembek,
tanpa rasa nyeri.
- Bagian
janin mudah teraba.
- Asfiksia
sampai meninggal bila HB < 5 gr%.
- Teraba
jaringan plasenta.
|
Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan ibu dengan solusio plasenta,
pada prinsipnya adalah untuk:
a. Mencegah
kematian ibu.
b. Menghentikan
sumber perdarahan.
c. Jika
janin maih hidup, mempertahankan dan mengusahakan janin lahir hidup.
Prinsip utama penatalaksanaannya, antara lain:
a. Pasien
(ibu) dirawat di rumah sakit, istirahat baring dan mengukur keseimbangan
cairan.
b. Optimalisasi
keadaan umum pasien (ibu), dengan perbaikan: memberikan infus dan tranfusi
darah segar.
c. Pemeriksaan
laboratorium: hemoglobin, hematokrit, COT (clot observation test/tes pembekuan
darah), kadar fibrinogen plasma, urin lengkap, fungsi ginjal.
d. Pasien
(ibu) gelisah diberikan obat analgetika.
e. Terminasi
kehamilan: persalinan segera, per vaginam atau seksio caesaria. Yang tujuannya
adalah untuk menyelamatkan nyawa janin dan dengan lahirnya plasent, bertujuan
agar dapat menghentikan perdarahan.
f. Bila
terjadi gangguan pembekuan darah (COT>30 menit) diberikan darah segar dalam
jumlah besar dan bila perlu fibrinogen dengan monitoring berkala pemeriksaan
COT dan hemoglobin.
g. Untuk
mengurangi tekanan intrauterine yang dapat menyebabkan nekrosis ginjal (refleks
utero-ginjal), selaput ketuban segera dipecahkan.
Yang perlu diketahui oleh semua bidan yaitu penanganan di
tempat pelayanan kesehatan tingkat dasar ialah mengatasi syok/pre syok dan
mempersiapkan rujukan sebaik-baiknya dan secepat-cepatnya.
Mengingat komplikasi yang dapat terjadi yaitu perdarahan
banyak dan syok berat hingga kematian, atonia uteri, kelainan pembekuan darah
dan oliguria. Maka sikap paling utama dari bidan dalam menghadapi solusi
plasenta adalah segera melakukan rujukan ke rumah sakit.
Dalam melakukan rujukan, bidan dapatn memberikan pertolongan
darurat dengan:
a. Memasang
infuse.
b. Tanpa
melakukan pemeriksaan dalam.
c. Menyertakan
petugas dalam merujuk pasien.
d. Mempersiapkan
donor darah dari keluarga/ masyarakat.
e. Menyertakan
keterangan tentang apa yang telah dilakukan dalam pemberian pertolongan
pertama.
Penatalaksanaan
Asuhan Ibu Di Kamar Bersalin.
Bidan yang bertugas di kamar bersalin rumah sakit/rumah
bersalin dalam menghadapi pasien (ibu) dengan solusio plasenta, dapat melakukan
tindakan-tindakan sebagai berikut:
a. Observasi
keadaan umum ibu sebelum partus/persalinan:
1) Ukur
tekanan darah, nadi, pernafasan setiap ¼ jam sekali.
2) Pemberian
oksigen sesuai kebutuhan.
3) Mengukur
banyaknya perdarahan yang keluar, periksa hemoglobin.
4) Pasang
infuse sesuai keadaan umum ibu.
5) Penyediaan
darah secepatnya, sebaiknya darah segar dengan jumlah yang telah diperhitungkan
dengan perbaikan kehilangan darah.
6) Minta
ijin operasi.
7) Dilakukan
pemeriksaan test pembekuan darah.
b. Observasi
keadaan umum ibu sesudah partus/persalinan, yang bertujuan untuk:
1) Mencegah
agar tidak terjadi perdarahan pasca persalinan (hemorhagi postpartum/HPP),
denangan.
a) Memasang
folley kateter (kolaborasi)
b) Memasang
gurita untuk penekanan pada fundus uteri.
2) Mencegah
infeksi.
Daftar
Pustaka
Maryani, Anik. Yulianingsih. 2009. Asuhan
Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media
(TIM).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar