Senin, 06 April 2015

Makalah solusio plasenta

 SOLUSIO PLASENTA

         Pengertian
Berikut ini adalah beberapa pengertian solusio plasenta yang perlu di ketahui, antara lain:
a.    Solusio plasenta adalah terlepasnya plaseta dari tempat implantasinya yang normal dari uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan usia kehamilan (masa gestasi) di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram. proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter (Saefuddin AB, 2006).
b.    Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada fundus uteri/korpus uteri sebelum janin lahir (VB VOGI, 1991).
c.    Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari insersi sebelum waktunya (mansjoer dkk, 2001)
d.   Solusio plasneta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta, pada lokalisasi yang normal, sebelum janin lahir pada umur kehamilan 22 minggu atau lebih. Atau solusio plasenta merupakan terlepasnya plasenta pada fundus/korpus uteri sebelum janin lahir (DJ. Tarigan).
e.    Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat implantasinya pada korpus uteri sebelum bayi lahir. Dapat terjadi pada setiap saat dalam kehamilan. Terlepasnya plasenta dapat sebagian (parsialis) atau seluruhnya (totalis), atau hanya ruptur pada tepinya (ruptur sinus marginalis) (dr. Handaya, dkk)
f.     Solusio plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable, dimana plasenta yang tempat implantasinya normal (pada fudus atau korpus uteri) terkelupas atan terlepas sebelum kala III (Achadiat, 2004). Sinonim dari solusio plasenta adalah Abrupsio plasenta.
g.    Solusio plasenta atau abrupsio plasenta adalah pelepasan sebagian atau keseluruhan plasenta dari uterus selama kehamilan dan persalinan (Chavman V, 2003).

         Etiologi/faktor predisposisi
Penyebab belum diketahui dengan pasti. Namun, beberapa peneliti menyebutkan sebab-sebab solusio plasenta, antara lain:
a.    Adanya trauma langsung terhadap uterus hamil, seperti:
1)   Terjatuh, terutama tertelungku.
2)   Tendangan anak yang sedang digendong.
3)   Trauma langsung lainnya.
b.    Trauma kebidanan, yaitu solusio plasenta terjadi karena tindakan  kebidanan yang dilakukan, seperti:
1)   Setelah versi luar.
2)   Setelah memecahkan ketuban.
3)   Persalinan anak kedua hamil kembar.
c.    Sementara itu, pasien yang mengalami resiko tinggi atau memiliki faktor predisposisi terjadinya solusio plasenta adalah;
1)   Ibu yang hamil dengan tali pusat bayi pendek.
2)   Hipertensi dalam kehamilan (pre-eklamsia, eklamsia).
3)   Multiparitas.
4)   Hamil pada usia tua/primitua.
5)   Merokok (pada wanita perokok, kemungkinan terjadinya solusio plasenta 47%).
6)   Tekanan vena kava inferior yang tinggi.
7)   Kekurangan gizi dan kekurangan asam folat.
         Patofisiologi.
Proses terjadinya solusio plasenta dipicu oleh terjadinya perdarahan ke dalam desidua basalis, yang kemudian terbelah dan meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada miometrium sehingga terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut. Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retroplasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta. Karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban (Mansjoer dkk, 2001).
Proses solusio plasenta yang dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis menyebabkan hematoma retroplasenta. Hematoma dapat semakin membesar ke arah pinggir plasenta sehingga jika amniokhorion sampai terlepas, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri (disebut perdarahan keluar), sebaliknya apabila amniokhorion tidak terlepas, perdarahan tertampung dalam uterus (disebut perdarahan tersembunyi).
Perdarahan Keluar
Perdarahan Tersembunyi
1.    Keadaan umum pasien relatif lebih baik.
2.    Plasenta terlepas sebagian atau inkomplit.
3.    Jarang berhubungan dengan hipertensi
1.    Keadaan pasien lebih jelek.
2.    Plasenta terlepas luas, uterus tegang/keras.
3.    Sering berkaitan dengan hipertensi.
Terlepasnya plasentasebelum waktunya, menyebabkan timbunan darah antara plasenta dan dinding uterus yang menimbulkan gangguan penyulit terhadap ibu maupun janin.
Penyulit terhadap Ibu
Penyulit terhadap Janin
1.  Berkurangnya darah dalam sirkulasi darah umum.
2.  Terjadinya penurunan tekanan darah/TD, peningkatan nadi dan pernafasan.
3.  Ibu tampak anemis.
4.  Dapat timbul gangguan pembekuan darah, karena terjadi pembekuan intravaskuler diikuti hemolisis darah sehingga fibrinogen makin berkurang dan memudahkan terjadinya perdarahan (Hipofibrinogenemia).
5.  Dapat timbul perdarahan pascapartum setelah persalinan karena atonia uteri atau gangguan pembekuan darah.
6.  Dapat timbul gangguan fungsi ginjal dan terjadi emboli yang menimbulkan komplikasi sekunder.
7.  Timbunan darah yang meningkat di belakang plasenta dapat menyebabkan uterus menjadi keras, padat dan kaku.
1.    Tergantung pada luasnya plasenta yang lepas dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai kematian dalam uterus.

         Klasifikasi
Solusio plasenta diklasifikasikan sebagai berikut:
a.    Solusio Plasenta Ringan
1)   Perdarahan kurang dari 100-200 cc.
2)   Uterus tidak tegang.
3)   Tidak ada renjatan/syok.
4)   Janin hindu (bunyi jantung janin teratur).
5)   Uji beku darah baik, kadar fibrinogen plasma >250 mg%.
6)   Pelepasan plasenta <1/6 bagian permukaan.
b.    Solusio Plasenta Sedang.
1)   Perdarahan > 200 cc disertai dengan rasa sakit.
2)   Uterus tegang.
3)   Gawat janin/gerak janin berkurang atau janin telah mati.
4)   Palpasi bagian janin sulit diraba.
5)   Auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksiaringan dan sedang.
6)   Ada tanda presyok/ pra-renjatan.
7)   Uji beku darah masih ada pembekuan, kadar fibrinogen darah 120-150 mg%.
8)   Pelepasan plasenta ¼ sampai 2/3 bagian permukaan.
9)   Pada pemeriksaan dalam, ketuban menonjol.
c.    Solusio Plasenta Berat.
1)   Perdarahan banyak sekali pervaginam yang disertai rasa nyeri atau perdarahan hebat terselubung atau tersembunyi.
2)   Uterus sangat tegang dan berkontraksi tetanik, sakit pada perabaan.
3)   Terdapat tanda renjatan/syok dengan TD menurun, Nadi dan pernafasan meningkat.
4)    Biasanya janin telah meninggal di uterus.
5)   Uji beku darah tidak ada pembekuan, kadar fibrinogen < 100 mg%.
6)   Pelepasan plasenta 2/3 bagian permukaan atau telah terlepas semuanya.

         Gejala Klinis
a.    Ibu/ pasien datang dengan mengeluh nyeri abdomen atau sakit perut bagian atas dan mules dengan terus-menerus, karena uterus berkontraksi dan tegang.
b.   Terjadi peradangan pervaginam yang berwarna kehitaman (darah kehitaman menunjukan bahwa perdarahan sudah terjadi dalam kurun waktu yang lama).
c.    Kadang-kadang darah yang keluar tidak sesuai dengan keadaan umum, seperti tidak tampak perdarahan, karena darah tidak keluar melalui ostium tetapi menumpuk di retroplasenta perlu hati-hati. Selain itu, jika perdarahan yang tampak bukan merupakan gambaran sesungguhnya jumlah perdarahan yang terjadi.
d.   Pada palpasi, uterus tegang dan bagian janin sukar teraba dari luar.
e.    Keadaan umum ibu pucat, sesak nafas, anemia, kadang-kadang sampai syok.
f.    Dapat disertai gawat janin sampai kematian janin.

         Diagnosis
Diagnosi solusio plasenta dapat di tegakan melalui:
a.    Anamnesa
Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, riwayat perdarahan pervaginam berwarna kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan disertai nyeri perut, perdarahan yang banyak (riwayat perdarahan pervaginam/tidak menggambarkan beratnya solusio plasenta, perlu hati-hati, mungkin juga tidak ada perdarahan), uterus tegang, syok dan kematian janin intrauterine.
b.      Pemeriksaan Fisik.
Tanda-tanda vital dapat normal sampai syok (keadaan umum ibu tidak sesuai dengan jumlah perdarahan, ibu tampak anemis, TD menurun, nadi dan pernafasan meningkat).
c.       Pemeriksaan Palpasi Abdomen.
1)   Abdomen/uterus tegang terus menerus.
2)   Terasa nyeri tekan pada uterus saat dipalpasi.
3)   Bagian janin sukar ditentukan.
d.      Pemeriksaan Dengan Auskultasi.
1)   Denyut jantung janin bradikardia atau menghilang.
2)   Denyut jantung janin bervariasi dari asfiksia ringan sampai berat.
e.       Pemeriksaan Dalam.
1)   Terdapat pembukaan.
2)   Ketuban tegang dan menonjol.

          Pemeriksaan Penunjang.
a.  Ultrasonografi (USG) untuk menilai letak plasenta, usia kehamilan dan keadaan janin (pada solusio plasenta, dijumpai perdarahan antara plasenta dan dinding abdomen).
b. Kardiotokografi (KTG) untuk menilai kesejahteraan janin.
c.  Pemeriksaan laboratorium: HB, Ht, trombosit, waktu protombin-pembekuan, kadar bfibrinogen, elektrolit plasma.

         Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta tergantung pada luasnya plasenta yang terlepas dan lamanya solusio plasenta berlangsung.
a.    Komplikasi pada Ibi, yaitu:
1)   Perdarahan, yang dapat menimbulkan:
a)    Penurunan TD sampai syok.
b)   Perdarahan yang tidak sesuai dengan keadaan ibu yang anemis dan syok.
c)    Perubahan kesadaran dari baik sampai koma.
2)      Gangguan pembekuan darah, yang dapat menimbulkan:
Masuknya trombloplastin ke dalam sirkulasi darah yang menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan disertai hemolisis. Koagoluputi konsumtif, yaitu terjadinya penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu pembekuan darah (kadar fibrinogen < 150 mg% dari produk degradasi fibrin meningkat).
3)      Oligura, yang dapat menimbulkan:
Terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat menimbulkan produksi urin makin berkurang, yang pada akhirnya menyebabkan gagal ginjal.
4)      Perdarahan pascapartum, dimana:
Solusio plasenta dapat menimbulkan infiltrasi darah ke otot rahim, mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri. Kegagalan pembekuan darah makin memperberat perdarahan.
b.    Komplikasi pada janin, yaitu:
Asfiksia ringan sampai berat, berat badan lahir rendah, infeksi, sindrom gagal nafas dan kematian dalam rahim dapat timbul karena perdarahan yang tertimbun di belakang plasenta mengganggu sirkulasi dan nutrisi ke arah janin.

        Diagnosis Banding Solusio Plasenta dan Plasenta Previa.
Solusio Plasenta
Plasenta Previa
Kejadian

Anamnesa






Keadaan umum














Palpasi Abdomen




Denyut Jantung Janin





Pemeriksaan dalam
-     Hamil tua
-     Inpartu

-     Mendadak

-     Terdapat trauma

-     Perdarahan dengan nyeri.


-     Tidak sesuai dengan perdarahan.

-     Anemis

-     TD, nadi dan pernafasan tidak sesuai dengan perdarahan

-     Dapat disertai dengan pre-eklampsia/eklampsia.

-     Tegang, nyeri.

-     Bagian janin sulit diraba.


-     Asfiksia sampai kematian janin, tergantung lepasnya plasenta.

-     Teraba ketuban tegang  menonjol.
-     Hamil tua

-     Perlahan, tanpa disadari
-     Tanpa trauma
-     Perdarahan dengan nyeri.

-     Sesuai dengan perdarahan yang tampak.




-     Tidak ada



-     Lembek, tanpa rasa nyeri.
-     Bagian janin mudah teraba.

-     Asfiksia sampai meninggal bila HB < 5 gr%.


-     Teraba jaringan plasenta.

            Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan ibu dengan solusio plasenta, pada prinsipnya adalah untuk:
a.    Mencegah kematian ibu.
b.    Menghentikan sumber perdarahan.
c.    Jika janin maih hidup, mempertahankan dan mengusahakan janin lahir hidup.
Prinsip utama penatalaksanaannya, antara lain:
a.    Pasien (ibu) dirawat di rumah sakit, istirahat baring dan mengukur keseimbangan cairan.
b.    Optimalisasi keadaan umum pasien (ibu), dengan perbaikan: memberikan infus dan tranfusi darah segar.
c.    Pemeriksaan laboratorium: hemoglobin, hematokrit, COT (clot observation test/tes pembekuan darah), kadar fibrinogen plasma, urin lengkap, fungsi ginjal.
d.   Pasien (ibu) gelisah diberikan obat analgetika.
e.    Terminasi kehamilan: persalinan segera, per vaginam atau seksio caesaria. Yang tujuannya adalah untuk menyelamatkan nyawa janin dan dengan lahirnya plasent, bertujuan agar dapat menghentikan perdarahan.
f.     Bila terjadi gangguan pembekuan darah (COT>30 menit) diberikan darah segar dalam jumlah besar dan bila perlu fibrinogen dengan monitoring berkala pemeriksaan COT dan hemoglobin.
g.    Untuk mengurangi tekanan intrauterine yang dapat menyebabkan nekrosis ginjal (refleks utero-ginjal), selaput ketuban segera dipecahkan.
Yang perlu diketahui oleh semua bidan yaitu penanganan di tempat pelayanan kesehatan tingkat dasar ialah mengatasi syok/pre syok dan mempersiapkan rujukan sebaik-baiknya dan secepat-cepatnya.
Mengingat komplikasi yang dapat terjadi yaitu perdarahan banyak dan syok berat hingga kematian, atonia uteri, kelainan pembekuan darah dan oliguria. Maka sikap paling utama dari bidan dalam menghadapi solusi plasenta adalah segera melakukan rujukan ke rumah sakit.
Dalam melakukan rujukan, bidan dapatn memberikan pertolongan darurat dengan:
a.       Memasang infuse.
b.      Tanpa melakukan pemeriksaan dalam.
c.       Menyertakan petugas dalam merujuk pasien.
d.      Mempersiapkan donor darah dari keluarga/ masyarakat.
e.       Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan dalam pemberian pertolongan pertama.

           Penatalaksanaan Asuhan Ibu Di Kamar Bersalin.
Bidan yang bertugas di kamar bersalin rumah sakit/rumah bersalin dalam menghadapi pasien (ibu) dengan solusio plasenta, dapat melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:
a.  Observasi keadaan umum ibu sebelum partus/persalinan:
1)   Ukur tekanan darah, nadi, pernafasan setiap ¼ jam sekali.
2)   Pemberian oksigen sesuai kebutuhan.
3)   Mengukur banyaknya perdarahan yang keluar, periksa hemoglobin.
4)   Pasang infuse sesuai keadaan umum ibu.
5)   Penyediaan darah secepatnya, sebaiknya darah segar dengan jumlah yang telah diperhitungkan dengan perbaikan kehilangan darah.
6)   Minta ijin operasi.
7)   Dilakukan pemeriksaan test pembekuan darah.
b.  Observasi keadaan umum ibu sesudah partus/persalinan, yang bertujuan untuk:
1)      Mencegah agar tidak terjadi perdarahan pasca persalinan (hemorhagi postpartum/HPP), denangan.
a)      Memasang folley kateter (kolaborasi)
b)      Memasang gurita untuk penekanan pada fundus uteri.
2)      Mencegah infeksi.
  

Daftar Pustaka


Maryani, Anik. Yulianingsih. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media (TIM). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar